Minggu, 30 November 2008

Surat Dari Hati Seorang Ibu

Anakku….
Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi matang. Bacalah surat ini. Dan kau boleh merobek-robeknya setelah itu, seperti saat engkau meremukkan kalbuku sebelumnya.

Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi kebahagiaanku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air mata
kegembiraan kami.
Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu. Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.

Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat anakku. Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu semakin susah melakukan gerakan.

Anakku…
Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu

enggan melihat dan mengunjungi Ibu ? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini ?
Anakku..
Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati
melakukannya,
Anakku…
Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya diriku…

Anakku…
Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.
Anakku..
Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, “Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri”.

Anakku…
Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang
sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah
persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah
belaian sayang dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah …..
Ingatlah….
Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : “Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil”.
Anakku…
Allah berfirman:

“Artinya : Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal” [Yusuf : 111]

Pandanglah masa teladan dalm Islam, masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang tua.

Cintailah Aku Nak....

Di sebuah kamar rawat inap anak RS di Bandung, seorang anak dengan selang infus di tangan mungilnya merintih kesakitan. Seorang ibu muda berparas cantik duduk di samping ranjang. Yang membuat hati saya teriris, adalah ketika bibirnya gemetar memanggil sebuah nama, “Mbak… Mbak…”
Yang disebut ‘Mbak’ adalah sang baby sitter.

“Sssh… ini Mama, Sayang,” si ibu meraih tangan putranya. Tapi anak itu tak peduli. Sementara si Mbak memandang dari balik kaca jendela tak berdaya. Majikannya telah memberi isyarat agar ia tak masuk.

Kejadian bertahun-tahun lalu ini telah menjadi catatan tersendiri bagi saya. Seandainya saya adalah si ibu, saya pasti cemburu dan sedih karena baby sitter lebih berarti daripada saya. Padahal, sayalah yang mengandung, melahirkan, dan menghidupinya.

Salah satu cita-cita saya sejak dulu adalah menjadi sahabat terbaik buat anak-anak saya. Menjadi tempat berbagi rasa, berbagi cerita, berbagi gembira dan sedih. Saya ingin jadi pendengar yang baik, ibu yang bisa berempati. Dan tidak mau menjadi sosok asing yang hanya didatangi saat membutuhkan uang jajan, iuran sekolah, ongkos, sepatu, dan baju. Saya juga tidak mau dia hanya ‘sekadar’ hormat dan segan, atau bahkan takut pada saya. Saya berharap dia benar-benar menyayangi dan membutuhkan saya layaknya sahabat.

Saya membayangkan dia berceloteh tentang pengalaman-pengalaman barunya. Atau, menangis di bahu saya ketika menumpahkan rasa sedihnya. Dia juga melontarkan lelucon-lelucon yang membuat kami tertawa bersama. Lalu, setiap meninggalkan rumah, dia mencium saya dan berkata, “Saya sayang Bunda.” Dan adalah penghargaan yang melebihi medali apa pun di dunia, saat seorang anak berkata dengan jujur, “Ibuku itu sohib paling oke deh!”

Bagi saya, cinta seorang ibu bukannya tak mengharap balas. Melainkan cinta yang dipenuhi impian bahwa sang anak pun akan mencintainya sepenuh hati. Karena ada dua alasan utama: pertama, proses mendidik anak akan lebih mudah bila didasari saling cinta. Kedua, dalam Islam, doa anak shalih adalah penyelamat bagi orangtuanya di akhirat. Jika gagal membuat mereka mencintai saya, bagaimana mungkin mereka mendoakan saya dengan tulus?

Kini, saya sudah menjadi ibu dari dua batita. Sejak menjalani peran ini, saya sadar tidak mudah meraih cita-cita itu. Saya masih harus banyak belajar untuk menjadi ibu yang baik dan pantas dihadiahi kasih putih anaknya.

Kadang saya memandangi mata bulat jernih mereka, dan berpikir: Akan jadi apa engkau kelak? Apakah akan selalu sayang Bunda? Akankah kau doakan Bunda setiap saat, pun ketika Bunda tak lagi di sisimu? Apakah engkau akan selalu merindukan Bunda? Lalu saya ciumi mereka seraya membatin, “When you grow up someday, please remember this: I do love you. Karena itu, cintailah aku, Nak…” ***



(the real story from....Ibu rumah tangga & staf penerbitan di Bandung)

Dimanakah Keikhlasan Berada ???

Hitungan tahun tlah berlalu
Sejak bertemu dengan cahaya itu
Tetapi ketika cahaya itu mulai meredup
Maka ini salah siapa...

ALLOH tidak akan pernah salah memilih orang
DIA tahu siapa yang mampu diberi sebuah peranan
Bahkan apa yang terbaik pun, DIA tlah memilihkannya
Tapi seringkali manusia merasa lebih tahu apa yang
terbaik untuknya
Astaghfirullah...

Sebuah ujian dijadikanNya sebuah latihan untuk sabar
Sebuah nikmat pun dijadikanNya sebuah latihan untuk
sabar

Tapi ketika ilmu tidak disertai keimanan dan amal
Maka semua terasa semu dan hambar
Dan keridhoan pun hanya mampu menjadi sebuah angan
yang sulit tuk dicapai

Kedekatan denganNYA tidak dapat dicapai hanya dengan
diam
Dekatilah DIA karena IA akan mendekati dengan lebih
cepat
Betapa indahnya,...
ketika kudekati DIA dengan berjalan, DIA mendekatiku
dengan berlari
Tapi,...ketika DIA mulai menjauh, jangan salahkan DIA
karena aku hanya diam....

Ketika semua ketetapan diterima dengan ikhlas
maka langkah akan terasa ringan
Namun ketika apa yang didapat tidak sesuai dengan apa
yang diharap kuingin belajar ridho bahwa IA lebih tahu apa yang
terbaik.

Sekarang diri telah tersadarkan
Bahwa ikhlas tidak hanya ada di lisan
Tetapi juga ada di hati
ada di sikap
ada di pemikiran
ada di tindakan
Ah, ikhlas tidak cukup di bibir saja

Aku hanya berharap ikhlas, sabar, ridho ini
akan membawaku ke ridho dan cinta-Nya

Renovation in Progress…


Dapatkan Mesej Bergambar di Sini

Selasa, 25 November 2008

Pengorbanan Itu Indah ^0^

Sahabatku…
Izinkan aku menceritakan lima kisah teladan tentang ketabahan dalam menghadapi kesulitan.

Kisah pertama, adalah kisah tentang Rasulullah Saw. Beliau dimasukkan ke dalam golongan Nabi ulul azmi karena telah mengalami cobaan dan penderitaan hidup yang sangat berat. Beliau pernah mengalami pemboikotan yang dilakukan kafir Quraisy, sehingga terpaksa harus makan daun-daunan atau jika tidak ada, beliau mengganjal perutnya dengan batu. Beliau pernah akan dibunuh oleh kafir Quraisy, namun dengan izin Allah usaha itu tidak berhasil. Beliau pernah di hina, di fitnah, dan di caci maki. Punggung beliau pernah dilumuri kotoran ternak oleh kafir Quraisy, padahal saat itu beliau sedang sujud shalat. Beliau pernah dilempari batu saat berdakwah di Thaif, hingga tubuhnya berdarah-darah. Saat kembali dari Thaif, dengan perasaan sedih beliau berdoa kepada Allah dengan doa yang memilukan hati. Doa itu pun di dengar Allah, sehingga Allah mengutus malaikat Jibril As untuk menemuinya. Setibanya di hadapan Nabi, Jibril As memberi salam seraya berkata, “Allah mengetahui apa yang telah terjadi padamu dan orang-orang ini. Allah telah memerintahkan malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu.” Sambil berkata demikian Jibril memperlihatkan para malaikat itu kepada Rasulullah Saw. Kata malaikat itu, “Wahai Rasulullah, kami siap untuk menjalankan perintah tuan. Jika engkau mau, kami sanggup menjadikan gunung di sekitar kota itu berbenturan, sehingga penduduk yang ada di kedua belah gunung ini akan mati tertindih. Atau apa saja hukuman yang engkau inginkan kami siap melaksanakannya.” Mendengar tawaran itu, Rasulullah Saw dengan sifat kasih sayangnya bersabda, “Walaupun mereka menolak ajaran Islam, saya berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat nanti akan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya.”

Kisah kedua, adalah kisah tentang Bilal Ra. Bilal bin Rabah al-Habsyi Ra adalah seorang sahabat Nabi yang terkenal. Dia adalah seorang muadzdzin di masjid Nabawi. Sebelumnya, ia seorang hamba sahaya milik seorang kafir Quraisy, kemudian memeluk Islam. Keislamannya telah menyebabkan Bilal Ra mengalami banyak penderitaan dan kesengsaraan akibat perbuatan orang-orang kafir. Bilal Ra dibaringkan di atas padang pasir yang panas membakar ketika matahari sedang terik sambil menindihkan batu besar di atas dadanya, sehingga Bilal Ra tidak dapat menggerakan badannya sedikitpun. Umayah, majikannya, berkata, “Apakah kamu bersedia mati dalam keadaan seperti ini? Ataukah kamu mau terus hidup, dengan syarat kamu tinggalkan agama Islam?” Walaupun disiksa seperti itu, namun dia berkata, “Ahad! Ahad! Ahad!”.
Pada malam harinya, Bilal Ra diikat dengan rantai, kemudian di cambuk terus menerus hingga badannya luka-luka. Pada siang harinya, dia dibaringkan kembali di atas padang pasir yang panas. Tuannya berharap Bilal Ra akan mati dalam keadaan seperti itu. Orang kafir menyiksa Bilal Ra silih berganti, suatu kali Abu Jahal menyiksanya, terkadang Umayah bin Khalaf, bahkan orang lain pun turut menyiksanya juga. Mereka berusaha untuk menyiksa Bilal Ra dengan siksaan yang lebih berat lagi. Ketika Abu Bakar Ash Shiddiq Ra melihat penderitaan Bilal Ra, beliau segera membebaskannya.

Kisah ketiga, kisah tentang Khabbab bin Al Arat Ra, seorang sahabat Nabi yang tubuhnya penuh luka akibat siksaan yang pernah dialaminya. Ketika Umar bin Khaththab Ra menjadi khalifah, beliau pernah bertanya kepada Khabbab mengenai penderitaannya pada awal ia memeluk Islam. Sebagai jawabannya ia memperlihatkan parut-parut luka bagian belakang badan yang demikian rupa. Melanjutkan ceritanya Khabbab mengatakan bahwa dia pernah diseret di atas timbunan bara api sehingga lemak dan darah yang mengalir dari badannya memadamkan bara api tersebut. Ketika Islam telah menyebar di segala penjuru, Khabbab sering duduk menangis sambil berkata, “Nampaknya Allah sedang memberi ganjaran atas segala penderitaan yang telah kita alami. Mungkin di akhirat nanti tidak ada ganjaran yang akan kita terima.” Khabbab meninggal pada usia 37 tahun. Dia merupakan sahabat yang pertama kali dikebumikan di Kuffah. Pada suatu hari Ali bin Abi Thalib Ra melewati makamnya, beliau berkata, “Ya Allah, rahmatilah Khabbab. Dengan semangatnya dia telah memeluk Islam, dan dengan ikhlas dia telah menghabiskan waktunya untuk berhijrah, berjihad dan mengalami segala penderitaan.”

Kisah keempat, kisah tentang Ammar dan kedua orangtuanya. Ammar dan kedua orangtuanya termasuk ke dalam golongan kaum muslimin yang telah mengalami berbagai penderitaan akibat siksaan yang dilakukan oleh kafir Quraisy. Mereka disiksa di atas batu-batu dan pasir yang panas membakar. Yasir, ayah Ammar Ra, mati syahid setelah disiksa tanpa perikemanusiaan. Ibu Ammar Ra, yaitu Sumayyah Ra yang sudah tua pun ditikam kemaluannya dengan tombak oleh Abu Jahal sehingga meninggal dunia. Mereka tidak mau meninggalkan agama Allah walaupun disiksa dengan pedih. Sumayyah Ra adalah wanita pertama yang gugur sebagai syahidah karena mempertahankan agamanya. Melihat kejadian itu semua, Ammar Ra merasa terpukul, dan bersedih, sehingga Rasulullah Saw merasakan kesedihan itu kemudian menghampiri Ammar dengan bersabda, “Ya Ammar, bersabarlah, sesungguhnya ayah-ibumu ada di surga.” Mendengar perkataan Rasulullah itu, hati Ammar pun menjadi tenang dan jiwanya merasakan kebahagiaan.

Kisah kelima, kisah tentang Zainab Al Ghazali. Beliau adalah sosok mujahidah terkemuka yang lahir di abad 20. Aktivis Ikhwanul Muslimin ini pernah mengalami berbagai bentuk siksaan dan penderitaan yang mengerikan, sebagaimana diceritakannya dalam bukunya yang berjudul Ayyamun Min Hayati (Hari-hari dalam kehidupanku). Buku tersebut menggambarkan hari-hari yang dilakukan oleh penulisnya selama di balik terali besi. Setiap huruf, kata, kalimat dan lembar yang terdapat di dalam buku tersebut adalah refleksi dari perasaan yang mendalam. Proses penyiksaan demi penyiksaan yang dialaminya, semua ia ungkap dalam buku tersebut. Dari buku itu terungkap, bahwa orang-orang yang telah menjalani masa penahanan, lebih mampu mengungkapkan penderitaan, kesabaran dan ujian yang dihadapinya. Bahkan, ia adalah orang yang paling mampu menggambarkan berbagai tragedi yang dialaminya melalui penanya yang ikut terluka.

Sahabatku…
Kisah-kisah di atas adalah hiburan bagi kita, hamba Allah yang lemah dan juga bagi mereka yang sedang ditimpa musibah dan sedang menerima berbagai bentuk ujian dan cobaan. Di banding dengan ujian, cobaan dan penderitan yang telah mereka alami, penderitaan yang menimpa kita belum seberapa, namun lihatlah wahai sahabat! Mereka ternyata mampu bersabar, bertawakal dan menyikapinya dengan tenang. Hingga pada akhirnya Allah meneguhkan kedudukan mereka dan memberikan kemenangan yang dekat kepada mereka, dengan kehidupan yang mulia atau mati syahid mendapatkan surga-Nya.
Berkorban itu Nikmat

Dalam sebuah penjara Mesir, seorang ikhwan bernama Hilmi Mukmin diberi hukuman dipukuli secara membabi buta oleh cambuk dan tongkat karena ia menolak diperintahkan untuk memukul saudaranya sesama ikhwan. Ia lebih memilih disiksa oleh algojo penjara dan berkorban untuk melindungi saudaranya sesama ikhwan.

Ternyata, meski dihujani pukulan bertubi-tubi, Hilmi Mukmin tak mengeluarkan kata-kata apapun yang menunjukkan ia merasa sakit. Sikap Hilmi Mukmin, benar-benar membuat algojo penjara putus asa sehingga ia berhenti kelelahan memukulinya. Para algojo itu lalu memeluk Hilmi Mukmin dan meminta maaf dan mengobati tubuhnya yang berlumuran darah dan penuh luka..

Berkorban itu nikmat.

Allah pasti membalas amal seseorang didunia dengan rasa nikmat, kecerahan dan ketenangan hati.

Berkorban berarti memberikan sesuatu untuk orang lain, bukan untuk kepentingan sendiri atau melakukan sesuatu yang hasilnya bukan untuk diri sendiri. Anas ra. pernah mengatakan bahwa Rasulullah Saw adalah orang yang tidak pernah diminta sesuatu, kecuali ia pasti akan memberikannya.

Namun apabila kita tak dapat merasakan nikmatnya pengorbanan, perlu kita bertanya lebih jauh, apakah amal pengorbanan kita tersebut telah terkontaminasi. Karena "Bila di hatimu tak ada kelezatan yang bisa kamu dapatkan dari amal yang kamu lakukan, maka curigailah hatimu" (Ibnu Taimiyah).

Umar bin Khatab mengatakan "Aku telah membuktikan bahwa kenikmatan hidup itu ternyata ada pada kesabaran kita dalam berkorban"

"Bagianmu yang sesungguhnya dari dunia ini adalah apa yang kamu berikan kepada orang lain"

Aku hanyalah seorang Hamba

Kalau ada pakaian yang koyak, Rasulullah
menampalnya sendiri tanpa perlu menyuruh
isterinya. Beliau juga memerah susu kambing
untuk keperluan keluarga mahupun untuk dijual.

Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat tiada
makanan yang sudah siap di masak untuk
dimakan, sambil
tersenyum baginda menyinsing lengan bajunya
untuk membantu isterinya di dapur.

Sayidatina 'Aisyah menceritakan "Kalau Nabi
berada di rumah, beliau selalu membantu urusan
rumahtangga. Jika mendengar azan, beliau cepat-
cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula
kembali sesudah selesai sembahyang."

Pernah baginda pulang pada waktu pagi. Tentulah
baginda amat lapar waktu itu. Tetapi dilihatnya
tiada apa pun yang ada untuk sarapan. Yang
mentah pun tidak ada kerana Sayidatina 'Aisyah
belum ke pasar. Maka Nabi bertanya, "Belum ada
sarapan ya Khumaira?" (Khumaira adalah
panggilan mesra untuk Sayidatina 'Aisyah yang
bererti 'Wahai yang kemerah-merahan')

'Aisyah menjawab dengan agak serba
salah, "Belum ada apa-apa wahai Rasulullah."

Rasulullah lantas berkata, "Jika begitu aku puasa
saja hari ini." tanpa sedikit tergambar rasa kesal di
wajahnya.

Sebaliknya baginda sangat marah tatkala melihat
seorang suami memukul isterinya. Rasulullah
menegur,
"Mengapa engkau memukul isterimu?" Lantas
soalan itu dijawab dengan agak gementar, "Isteriku
sangat keras
kepala. Sudah diberi nasihat dia tetap degil, jadi
aku pukul dia."
"Aku tidak bertanya alasanmu," sahut Nabi
s.a.w. "Aku menanyakan mengapa engkau
memukul teman tidurmu dan
ibu kepada anak-anakmu?"

Pernah baginda bersabda, "sebaik-baik lelaki
adalah yang paling baik dan lemah lembut
terhadap isterinya."

Prihatin, sabar dan tawadhuknya baginda dalam
menjadi ketua keluarga langsung tidak sedikitpun
menjejaskan
kedudukannya sebagai pemimpin umat.

Pada suatu ketika baginda menjadi imam solat.
Dilihat oleh para sahabat, pergerakan baginda
antara satu
rukun ke satu rukun yang lain amat sukar sekali.
Dan mereka mendengar bunyi menggerutup seolah-
olah
sendi-sendi pada tubuh baginda yang mulia itu
bergeser antara satu sama lain.

Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan
baginda itu langsung bertanya setelah selesai
bersembahyang,
"Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan
menanggung penderitaan yang amat berat, tuan
sakitkah ya Rasulullah?"

"Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sihat dan
segar."

"Ya Rasulullah... mengapa setiap kali tuan
menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah
sendi bergeselan di tubuh tuan? Kami yakin
engkau sedang sakit..." desak Umar penuh cemas.

Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para
sahabat amat terkejut. Perut baginda yang kempis,
kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil, buat
menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang
menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali
bergeraknya tubuh baginda.

"Ya Rasulullah! Adakah bila tuan menyatakan lapar
dan tidak punya makanan, kami tidak akan
mendapatkannya buat tuan?"

Lalu baginda menjawab dengan lembut, "Tidak
para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau
korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di
hadapan ALLAH nati, apabila aku sebagai
pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?"

"Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH
buatku, agar umatku kelak tidak ada yang
kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada
yang kelaparan di Akhirat kelak."

Baginda pernah tanpa rasa canggung sedikitpun
makan di sebelah seorang tua yang penuh kudis,
miskin dan kotor.

Hanya diam dan bersabar bila kain rida'nya
direntap dengan kasar oleh seorang Arab Badwi
hingga berbekas merah di lehernya. Dan dengan penuh
rasa kehambaan baginda membasuh tempat yang
dikencing si Badwi di dalam masjid sebelum menegur dengan
lembut perbuatan itu.

Mengenang peribadi yang amat halus ini, timbul
persoalan dalam diri kita... adakah lagi bayangan
peribadi baginda Rasulullah s.a.w. hari ini? Apa
yang kedengaran sehari-hari sepertimana yang
didedahkan oleh media massa, hanyalah cerita-
cerita derita akibat sikap mereka-mereka yang
tidak berperanan di tempatnya. Amat sukar hendak
mencari seorang manusia yang sanggup
mengorbankan kepentingan diri untuk orang lain
semata-mata kerana takutkan ALLAH,
sepertimana yang dilakukan oleh Rasulullah.

Apakah rahasia yang menjadikan jiwa dan akhlak
baginda begitu indah?
Apakah yang menjadi rahsia kehalusan akhlaknya
hingga sangat memikat dan menjadikan mereka
yang hampir dengannya begitu tinggi kecintaan
padanya?
Apakah anak kunci kehebatan peribadi baginda
yang bukan saja sangat bahagia kehidupannya
walaupun di dalam kesusahan dan penderitaan,
bahkan mampu pula membahagiakan orang lain
tatkala di dalam derita?

Nur Muhammad itu, yang ALLAH ciptakan semua
makhluk yang lain kerananya, mempunyai
kekuatan dalaman paling
unggul. Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH
swt dan rasa kehambaan yang sudah sebati dalam
diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa
ketuanan.

Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH
langsung tidak dijadikan sebab untuknya merasa
lebih dari yang
lain, ketika di depan ramai mahupun dalam
keseorangan.

Ketika pintu Syurga telah terbuka seluas-luasnya
untuk baginda, baginda masih lagi berdiri di waktu-
waktu sepi malam hari, terus-menerus beribadah
hinggakan pernah baginda terjatuh lantaran
kakinya sudah bengkak-bengkak.

Fizikalnya sudah tidak mampu
menanggung kemahuan jiwanya yang tinggi. Bila
ditanya oleh Sayidatina 'Aisyah, "Ya Rasulullah, bukankah
engaku telah dijamin Syurga? Mengapa engkau
masih bersusah payah begini?"

Jawab baginda dengan lunak, "Ya 'Aisyah,
bukankah aku ini hanyalah seorang hamba?
Sesungguhnya aku ingin
menjadi hamba-Nya yang bersyukur."

kata mutiara pekan ini

Al-Qur’an itu seperti lautan. Luas, dalam dan tak bertepi. Mengandung sejuta pesona dan keindahan. Al-Qur’an itu seperti matahari. Memancarkan cahaya tiada henti. Al-Qur’an itu seperti pohon. Daunnya rindang, akarnya menghunjam ke tanah, menghidangkan buah sepanjang masa. Al-Qur’an itu seperti mata air, selalu memancarkan air untuk kehidupan makhluk di muka bumi. Al-Qur’an itu seperti jalan tol, mengantarkan pengguna ke tempat tujuan secepatnya. Al-Qur’an itu seperti bintang, menjadi petunjuk para musafir di tengah gelapnya malam. Al-Qur’an itu seperti mercu suar, membantu menentukan arah bagi para pelaut. Al-Qur’an itu seperti api, menerangi dan membakar dan menggelorakan semangat hidup. Al-Qur’an itu seperti payung, melindungi diri dari terik matahari dan hujan. Al-Qur’an itu seperti cahaya, menerangi jalan di tengah gulita. Al-Qur’an itu seperti lentera, menerangi ruangan bila diperlukan.

Kamis, 13 November 2008

smile... ^0^


Dapatkan Mesej Bergambar di Sini

Menggapai 1000 Kebaikan Dalam Sehari  

Seribu kebaikan dalam sehari? Ah, mana mungkin?!siapa sich, yang bisa meraihnya? Ya,..mudah saja bagi yang bersungguh-sungguh ingin meraihnya. Karena mengharapkan hari hisab dihadapan Rabb-Nya penuh dengan amal shaleh dan hilang segala keburukannya. Bagi hamba-hamba Allah yang memang akhirat menjadi tujuan utamanya maka segala jalan untuk meningkatkan amal shaleh selalu dicari dan diliriknya.Terkhusus bagi ukhti muslimah, ini merupakan kesempaan emas untuk mengumpulkan pahala yang bermanfaat sebagai penghapus keburukan dan dosa-dosa. Duuh,...siapa sih yang tidak tergerak hatinya untuk mengetahui bagaimana setiap hari seorang hamba bisa meraih seribu kebaikan??.


Rasulullah shalallahu alaihi wassalam telah memberitahukan hal ini kepada para sahabatnya.Agar para sahabat ridhwanullah alaihim ajma'in berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Lewat seorang sahabat yang mulia yaitu Sa'ad bin Abi Waqash radhiyallahu anhu, beliau berkata:
''Pada saat kami bersama Rasulullah shalallahu alaihi wassalam beliau bersabda: ''Apakah seseorang diantara kalian tidak mampu untuk mendapatkan 1000 kebaikan dalam sehari?'' Maka salah seorang yang duduk diantara kami bertanya: ''Bagaimana salah seorang diantara kami mendapatkan 1000 kebaikan?'' Beliau bersabda: ''Bertasbih 100 kali, niscaya ditulis baginya 1000 kebaikan atau dihapus darinya 1000 kesalahan'' (Hadist Shahih Riwayat Muslim no.2698)
Ukhti muslimah, renungkanlah hadits diatas, Subhanallah Maha Suci Allah betapa besar pahala yang Allah sediakan bagi hamba-hamba-Nya yang mau mengingatnya.Senantiasa lidahnya basah dengan dzikrullah. Bagi seorang hamba yang hatinya benar-benar lurus maka mengamalkan hadits diatas bukanlah hal yang sulit. Akan tetapi bagi mereka yang hatinya sakit dan terlanjur cintanya kepada dunia maka mengamalkan hadits tersebut seakan-akan sulit membuatnya mendaki kelangit.
rn
Tidakkah dari sekarang engkau ingin melaksanakannya?. Tidakkah engkau menginginkan agar kesalahan-kesalahanmu tertutup dengan sebab tasbihmu kepada-Nya?. Wahai ukhti muslimah,...marilah kita bersegera menuju kepada-Nya. Menuju ampunan-Nya sesungguhnya pada saat ini merupakan sebaik-baik kesempatan untuk bertaubat, memperbanyak ibadah dan dzkir mengingat-Nya. Mengapa? karena pada saat ini engkau dalam keadaan yang sehat sebaik-baik keadaan seorang hamba. Mudah melakukan apa saja,ringan terasa dijiwamu.Karena itu perbanyaklah amal shaleh sebelum tiba masa sakitmu, sebelum tiba ajalmu. Sehingga bila masa itu tiba hanya penyesalan yang tidak terkira, pedih dan menyakitkan!!.
rn
Wahai hamba-hamba Allah yang asyik mengumpulkan dosanya, tibalah kini saatnya untuk menutupi dosa-dosamu itu dengan bertasbih kepada-Nya 100 kali saja, maka 1000 kesalahan yang ada padamu niscaya akan dihapus-Nya. Tidakkan engkau ingin mengamalkannya?? begitu mudah dan murah. Cukup dengan menggerakkan hati dan lidahmu berdzikir mengingat-Nya maka Diapun akan segera membalasnya.

Sungguh dzikir mengingat-Nya merupakan satu amal yang paling di cintai-Nya. Engkau tidak percaya? Cobalah simak hadits ini dari Sahabat Mu'adz bin Jabal radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:
''Amal perbuatan yang paling dicintai oleh Allah adalah hendaknya engkau mati sementara lisanmu selalu basah dengan dzikir kepada Allah''
(Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Hibban 2318,Tabrani Mu'jamul Kabir 20/93,106,107,108 dan Ibnu Sunni dalam Amalul yaum wal lailah hal.2)
Mudah-mudahan hadits diatas menjadi penyemangat hidupmu untuk memacu dan mengisinya dengan amal-amal shaleh, sehingga nantinya engkau menjadi orang yang beruntung dihadapan-Nya. Semoga Allah senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua agar mudah langkah kaki kita menuju ketaatan kepada-Nya.Amin. Wallahu'alam bish-shawwab.

Ibunda, Kenapa Engkau Menangis

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak". "Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...."

Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?"Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.

Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan."Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?"Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,"Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman danlembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.

Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, danmengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.

Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.

Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada
bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan enjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan
jantung agar tak terkoyak?Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk
memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang
diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.

Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkanperasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan".

Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup