Minggu, 30 November 2008

Cintailah Aku Nak....

Di sebuah kamar rawat inap anak RS di Bandung, seorang anak dengan selang infus di tangan mungilnya merintih kesakitan. Seorang ibu muda berparas cantik duduk di samping ranjang. Yang membuat hati saya teriris, adalah ketika bibirnya gemetar memanggil sebuah nama, “Mbak… Mbak…”
Yang disebut ‘Mbak’ adalah sang baby sitter.

“Sssh… ini Mama, Sayang,” si ibu meraih tangan putranya. Tapi anak itu tak peduli. Sementara si Mbak memandang dari balik kaca jendela tak berdaya. Majikannya telah memberi isyarat agar ia tak masuk.

Kejadian bertahun-tahun lalu ini telah menjadi catatan tersendiri bagi saya. Seandainya saya adalah si ibu, saya pasti cemburu dan sedih karena baby sitter lebih berarti daripada saya. Padahal, sayalah yang mengandung, melahirkan, dan menghidupinya.

Salah satu cita-cita saya sejak dulu adalah menjadi sahabat terbaik buat anak-anak saya. Menjadi tempat berbagi rasa, berbagi cerita, berbagi gembira dan sedih. Saya ingin jadi pendengar yang baik, ibu yang bisa berempati. Dan tidak mau menjadi sosok asing yang hanya didatangi saat membutuhkan uang jajan, iuran sekolah, ongkos, sepatu, dan baju. Saya juga tidak mau dia hanya ‘sekadar’ hormat dan segan, atau bahkan takut pada saya. Saya berharap dia benar-benar menyayangi dan membutuhkan saya layaknya sahabat.

Saya membayangkan dia berceloteh tentang pengalaman-pengalaman barunya. Atau, menangis di bahu saya ketika menumpahkan rasa sedihnya. Dia juga melontarkan lelucon-lelucon yang membuat kami tertawa bersama. Lalu, setiap meninggalkan rumah, dia mencium saya dan berkata, “Saya sayang Bunda.” Dan adalah penghargaan yang melebihi medali apa pun di dunia, saat seorang anak berkata dengan jujur, “Ibuku itu sohib paling oke deh!”

Bagi saya, cinta seorang ibu bukannya tak mengharap balas. Melainkan cinta yang dipenuhi impian bahwa sang anak pun akan mencintainya sepenuh hati. Karena ada dua alasan utama: pertama, proses mendidik anak akan lebih mudah bila didasari saling cinta. Kedua, dalam Islam, doa anak shalih adalah penyelamat bagi orangtuanya di akhirat. Jika gagal membuat mereka mencintai saya, bagaimana mungkin mereka mendoakan saya dengan tulus?

Kini, saya sudah menjadi ibu dari dua batita. Sejak menjalani peran ini, saya sadar tidak mudah meraih cita-cita itu. Saya masih harus banyak belajar untuk menjadi ibu yang baik dan pantas dihadiahi kasih putih anaknya.

Kadang saya memandangi mata bulat jernih mereka, dan berpikir: Akan jadi apa engkau kelak? Apakah akan selalu sayang Bunda? Akankah kau doakan Bunda setiap saat, pun ketika Bunda tak lagi di sisimu? Apakah engkau akan selalu merindukan Bunda? Lalu saya ciumi mereka seraya membatin, “When you grow up someday, please remember this: I do love you. Karena itu, cintailah aku, Nak…” ***



(the real story from....Ibu rumah tangga & staf penerbitan di Bandung)

Tidak ada komentar: