Jumat, 22 Februari 2008

BEHIND THE SCENE OF “SATU” NASYEED



Cikal bakal dari tim nasyid ini berdiri adalah dari tim nasyid Otistra 531. Tahun 2005, tim nasyid otistra 531 bubar dengan alas an melanjutkan ke studi masing-masing, M. Iqbal sang bassist otistra, mengadakan pertemuan dengan 3 anggota lainnya, Andri yoga (backing vocal), Oktarizal (second voice), dan M. Agoes (cymbal) untuk membentuk tim nasyid baru yang lebih komplit. Mereka pun mengajak bergabung Kussrinaryanto dan Rian Fatur yang kedua merupakan mantan tim nasyid underground. Setelah tawar menawar yang cukup a lot diantara dua kubu tersebut, akhirnya Kussri dan Rian menerima tawaran tersebut, dan jadilah sebuah tim nasyid dengan nama pada saat itu tim nasyid “kelas 4” dengan formasi yang sedikit dirombak sebagai berikut, Kussri (lead vocal/third voice), Rian (backing vocal/second voice), Okta (Bass), Agoes (cymbal), dan Iqbal (gendanger).
Latihan menjadi rutinitas tim nasyid yang masih mencari popularitas ini. Saat itu semua anggota mengadakan rapat kecil-kecilan untuk mengganti nama, karena semua anggota merasa tidak sreg dengan nama ”tim nasyid kelas 4”. Banyak nama yang masuk, dan akhirnya nama yang dipilih adalah “SATU” yang merupakan singkatan dari “Sambung Tali Ukhuwah”, dengan memakai indie label recorded. Pemilihan nama baru sangat penting karena dalam beberapa minggu lagi akan diadakan Festival Nasyid dalam rangka milad ke-22 Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam.
Festival tersebut merupakan yang pertama kali diikuti. Di festival tersebut tim nasyid satu membawakan lagu Shalawat yang aransemennya telah diubah sepenuhnya. Dan tim nasyid satu menjadi Juara kedua dan membawa pulang hadiah US$10 plus kontrak dari Assalaam record selama tiga tahun. Disinilah awal mula ketenaran nama tim nasyid satu.
Menjelang ramadhan 2005, nasyid satu bertolak ke Semarang untuk mengikuti audisi Festival Nasyid Indonesia (FNI) untuk perwakilan Semarang, Audisi Semarang dipilih karena dua audisi sebelumnya yaitu audisi Solo dan audisi Yogyakarta telah dilangsungkan dan pada saat itu nasyid sati tidak mendapatkan informasi. Barulah pada saat audisi Semarang nasyid satu mendapatkan informasi.
Sebelum ke Semarang, manajer nasyid satu, M. Hafidh Annur, menawarkan latihan di studio yang berada diluar pondok dikarenakan studio “depan masjid” tidak memiliki fasilitas yang memadai. Maka dipihlah studio “Ababil” yang terletak didaerah Klewer untuk latihan setiap sekali seminggu. Selain latihan diluar, kadang-kadang juga latihan distudio “kelas MTs” untuk menghemat pengeluar.
Setelah merasa siap mental, fisik dan akomodasi, nasyid satu berangkat ke Semarang. Jadwal keberangkatan semula pada siang hari, terpaksa mengalami sedikit pengunduran karena bus patas AC jurusan Solo-Semarang yang ditunggu-tunggu di perigaan Jalan Slamet Riyadi-UMS, tak kunjung tiba, barulah pada sore harinya bus patas yang ditunggu-tunggu dating dan membawa tim nasyid satu ke semarang untuk mengikuti audisi.
Esok paginya, dimulailah audisi FNI 2005 yang bertempat di gedung balai kota Semarang. Kecemasan sempat melanda sebelum lomba dimulai. Saat undian untuk menentukan giliran, tim nasyid satu mendapat urutan ke 19 dari 19 peserta, atau dengan kata lain, tim nasyid satu adalah tim yang maju paling terakhir. Walaupun demikian, hal tersebut tidak jadi masalah karena dengan maju terakhir berarti dapat mengambil pelajaran dari tim nasyid yang maju sebelumnya. Dan kali ini nasyid satu membawakan lagu “Islam”.
Setelah audisi selesai, barulah acara inti dimulai yaitu hasil audisi. Tak banyak yang dapat diharap mengingat pada audisi kali ini mayoritas diikuti oleh mahasiswa. Hanya 4 tim yang berasal dari SLTA, dan 15 tim lainnya berasal dari mahasiswa. Tim SLTA semua diisi oleh kelas 2 dan 3. sedangkan tim nasyid satu semuanya berasal dari kelas 1 !!! what a child participant.
Pembacaan pemenang kali ini diurutkan berdasarkan ranking paling rendah. Dari 19-10 sudah dibacakan, nasyid satu belum dipanggil, berarti masuk 10 besar, makin tinggi makin baik. Peringkat 9, bukan nasyid satu. Bagus, terus naik, barulah diperingkat 8, tim juri mengumumkan, “peringkat 8 adalah…. Tim nasyid satu dari Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam dan anggotanya semua dari kelas 1 SLTA,”tepuk tangan untuk adek-adek kita dari solo”…. Acara dilanjutkan dengan salam-salaman antar peserta. Ketika bersalaman, salah seorang mahasiswa berkata, “Ini tim satu dari Solo ya? Masih kelas 1 bisa dapet juara 8, anggotanya masih imut-imut semua ya?!...hehehe…

* * *

Setelah audisi Semarang, tim nasyid satu mulai menunjukkan tajinya. Yang pertama, sebagai tamu di acara pembukaan acara Ramdhan 2005. Dengan kondisi prima, tim satu membawakan lagu “shalawat new version” dan “Rasulullah”. Ramadahan 2005 bukan tanpa kegiatan, disela-sela ibadah puasa, nasyid satu menyempatkan untuk mengikuti Festival Nasyid Ramadhan di UMS. Peserta nasyid menggunakan alat musik semua, hanya nasyid satu yang tidak menggunakan alat musik alias acapella nasyid. Walaupun demikian, juara 3 berhasil diraih dan trophy keduapun dapat terkumpul dalam 2 bulan terakhir.
Seiring berjalannya waktu, tim nasyid satu mulai menjadi ikon nasyid di Assalaam. Ini dibuktikan dengan sering tampil dalam setiap event di Assalaam maupun diluar Assalaam. Seperti ketika diundang sebagai bintang tamu pada acara wisuda pascasarjana S-2 di UMS, atas permintaan mudir ma’had saat itu, Ust. Mu’inudinillah. Walaupun tampil dihadapan wisudawan pascasarjana tidak membuat nasyid satu nervous. Buktinya, aplus yang meriah menutup penampilan nasyid satu pada malam itu, pujian dan sanjungan mengalir dari wisudawan pada umumnya dan pujian special datang dari ust. Mu’in sendiri. Kemudian acara pada malam itu diteruskan dengan makan bersama dengan para wisudawan. Dengan nafsu khas assalaam, nasyid satu dengan binalnya melahap semua hidangan yang ada. Semula ada rasa “pakewuh” karena harus makan bersama dengan wisudawan, namun kata-kata ust, Mu’in yang mempersilahkan untuk menyicipi semua jenis hidangan yang membuat perasaan tersebut sirna seketika.
Tidak ada jenis makanan yang tidak dicicipi. Dimulai dengan Es sirup sebagai pembuka, satu porsi sate ayam ditambah sedikit tengkleng, dan beberapa potong martabak, serta satu porsi rujak, menjadi santapan malam itu, ditambah dua gelas es krim dan kembali ditutup dengan segelas sirup, betapa binalnya kejadian malam itu.

* * *


setelah mendapat ketenaran, nasyid satu mulai mendapat sedikit masalah. Di pertengahan tahun 2006, andri yoga dan M. Agoes mengundurkan diri dari nasyid satu dikarenakan suatu alasan. Tinggallah 4 orang anggota. Walaupun cuma berempat, tim nasyid satu masih tetap eksis dalam dunia pernasyid-an Assalaam. Dan untuk menutupi kekurangan, maka diambillah 2 orang additional player. Dan pada tahun ke-2 nasyid satu hanya tampil dibeberapa event internal Assalaam, seperti di acara ramadhan dan acara OPPPMIA lainnya.
* * *
Satu tahun kemudian, kontrak additional playerpun habis. Nasyid satu kembali tinggal berempat. Latihan terus diteruskan, dan sampai akhirnya merasa klop walau cuma empat orang. Lagi-lagi di acara pembukaan ramadhan tim nasyid satu menjadi bintang tamu dan merupakan tiga tahun berturut-turut tampil diacara pembukaan ramadhan. Saat itu nasyid satu membawakan lagu “kutemukan jalanku” & “Pondok Kita” versi akustik dan “ramadhan kembali”, sesuai dengan tema ramadhan saat itu. Mungkin itulah penampilan terakhir nasyid satu dihadapan santriwan-santriwati Assalaam karena ingin lebih berkonsentrasi untuk menghadapi ujian akhir nasional. Goodbye nasyid, thanks for all the join for good time and the bad, good bye nasyid, our time is over, so goodbye ‘till we meet again.

* * *



Tidak ada komentar: